Postingan

Menampilkan postingan dengan label story

Yakinkah kita bahwa habit dan budaya “yang positif” dapat meningkatkan kinerja tim

Gambar
Yakinkah kita bahwa habit dan budaya “yang positif” dapat meningkatkan kinerja tim. Kebiasaan seperti: menyapa, saling membantu, dan berbagi pengetahuan dapat membangun kepercayaan dan kerjasama antar semua anggota. Budaya apresiasi dapat memotivasi tim untuk terus bekerja keras dan mencapai tujuan bersama. Dan semua itu ada disini. Selama lima menit kedepan, kami ilusrasikan headline ini kedalam cerita sederhana yang ringan untuk kita semua pahami, tentang: “Arti nilai satu kebiasaan dan budaya”. Langsung saja! Peran Habit dan Budaya Dalam Meningkatkan Kinerja Tim. Kebiasaan Membangun Kepercayaan Di sebuah desa yang tidak kecil-kecil amat, hiduplah sekelompok lebah madu yang rajin dan bersahabat. Bagai di film anak-anak. Mereka sangat terkenal dengan madu yang mereka hasilkan, pastinya lezat dan berkualitas tinggi. Tahukah kamu rahasia mereka apa? Kebiasaan dan budaya mereka yang unik. Setiap pagi ketika ayam mulai berkokok, lebah-lebah ini memulai hari dengan ritual menyapa bun

Benar-benar Tolol

Gambar
Di Desa Kemarau, mentari pagi tak mampu menembus kabut tebal yang menyelimuti. Kabut ini seakan menjadi cerminan hati rakyatnya yang diselimuti kebingungan dan kekecewaan. Baru saja pemilihan kepala desa usai, dan Pak Kades Latif, yang terkenal dengan mulut manisnya, keluar sebagai pemenang. Pak Kades Latif bukan orang yang baru di desa ini. Dulu, dia terkenal sebagai tukang pukul yang gemar mabuk-mabukan. Tapi menjelang pemilihan, dia menjelma menjadi "malaikat penyelamat". Dia berkeliling desa, membagikan uang receh dan menjanjikan berbagai hal mustahil: jalan tol, sekolah bertingkat, dan bahkan lapangan terbang. Ini Baru Benar-Benar Tolol Warga yang tak terbiasa dengan politik dan tergiur dengan iming-iming uang, tanpa ragu memilih Pak Kades Latif. Mereka tak peduli dengan masa lalunya, tak mempertanyakan asal usul uangnya, dan tak memikirkan bagaimana dia akan mewujudkan janji-janji gilanya. Beberapa bulan setelah pemilihan, kabut tebal di Desa Kemarau tak kunjung sirna.

Agar Silaturahmi Tetap Terjaga, Pinjam Dulu Seratus

Gambar
Langit sore berwarna jingga ketika Rian menerima pesan dari Anton, sahabatnya sejak SMA. "Hei, Ri! Lagi di mana nih? Lama banget kita gak nongkrong bareng. Gimana kalau ketemu besok di warung kopi favorit kita?" Rian tersenyum lebar. "Wah, Anton! Senang banget dengar kabar darimu! Besok bisa banget, jam berapa?" "Sip! Jam 7 ya. Eh, Ri, pinjam dulu seratus dong. Buat ongkos sih, hehe. Nanti gue ganti kok pas ketemu." Rian terdiam sejenak. Ia tahu Anton memang sering meminjam uang, dan tidak selalu dikembalikan tepat waktu. Tapi, Anton adalah sahabatnya. Rian tak ingin persahabatan mereka renggang hanya karena masalah uang. "Oke lah, seratus. Nanti pas ketemu aja ya kita bicarakan." Keesokan harinya Rian dan Anton sudah duduk di warung kopi favorit mereka. Obrolan mengalir lancar, penuh tawa dan canda. Rian senang bisa melepas rindu dengan sahabatnya. Namun, di tengah obrolan, Rian memberanikan diri untuk menyinggung soal uang pinjaman. "Ton,