Di dunia kerja modern, di mana inovasi dan kreativitas menjadi kunci utama kesuksesan, micromanagement bagaikan racun yang menggerogoti potensi karyawan dan menghambat kemajuan perusahaan. Micromanagement, praktik di mana atasan secara berlebihan mengawasi dan mengontrol setiap langkah karyawan, menciptakan lingkungan kerja yang mencekik dan mematikan semangat.
Bayangkan seorang seniman yang setiap goresan kuasnya
diawasi dan dikritik oleh atasannya. Bagaimana mungkin dia menghasilkan karya
seni yang indah dan penuh makna? Hal yang sama berlaku bagi para pekerja di
berbagai bidang. Di bawah micromanagement, kreativitas terbelenggu, potensi
terkubur, dan kemajuan terhambat.
Micromanagement menjadi jeruji besi kreativitas dan produktivitas
Banyak sekali problematika yang terjadi di tempat kerja Yaa!
Perselisihan antar karyawanlah, dengan atasan juga ada, para kompetitor
pastinya, bahkan dengan klien sekalipun, tidak bisa kita elakkan. Mereka
mengatakan dengan penuh kesal bahwa “Micromanagement menjadi jeruji besi
kreativitas dan produktivitas”.
Kami terjebak dalam micromanagement! Dan ketika kepercayaan itu
hilang, moral kami pun langsung memudar. Bagaimana kami bisa kerja? jika semua
di awasi terus menerus dengan satu modal dagang “ketidakpercayaan”.
Mengapa Micromanagement Bisa Mematikan Kreativitas?
Mengapa itu bisa mematikan Kreativitas? Ini terkait
dengan Ketakutan akan Kritik yang berlebihan. Micromanagement
menciptakan lingkungan di mana karyawan merasa "lebih takut" untuk
mengambil risiko atau mencoba ide-ide baru karena ‘terlalu parno’ akan kritik
atau koreksi dari ‘situ si atasan’.
Hal ini memadamkan Produktivitas dan semangat kerja lho.
Neeh barang sungguh membatasi ruang gerak karyawan untuk mengekspresikan
ide-ide, untuk ditempatkan pada program kerja, dan mencari solusi kreatif
dengan caranya sendiri.
Mereka terikat, sesak, pada instruksi dan proses yang kaku lagi
garing, sehingga akan sangat menghambat pemikiran, inovasi, seperti halnya
out-of-the-box gitu. Ketika setiap langkah diawasi, secara ‘perintilan’ dan
dikendalikan, “kami karyawan kehilangan rasa kepemilikan” atas pekerjaan
mereka.
Kami sebagai anggota tim tidak merasa termotivasi untuk
memberikan yang terbaik karena tidak merasa memiliki kontribusi yang
signifikan. Sepertinya tidak dianggap gitu. “Kami hanya dijadikan tim
hore-hore saja”. Padahal kamu seorang yang giat bekerja. Kasihan yaa kami.
Kepercayaan Itu Hilang, Moral Pun Memudar
Sejujurnya, Micromanagement mencerminkan ‘remehnya kamu’
dan kemampuan kamu sebagai seseorang yang mampu. Atasan merasa perlu mengawasi
setiap langkah untuk memastikan pekerjaan dilakukan dengan benar tanpa celah
untuk koreksi kembali. “Bergerak ke kanan di batasi, bergerak ke kiri di amati”
Hal ini membuat orang merasa tidak di percaya dan diragukan kemampuannya.
Di sanalah mereka (karyawan) merasa Kehilangan Kepercayaan
Diri. Di bawah pengawasan dan kontrol “yang terlalu berlebihan ketatnya,
bagai celana pensil”, karyawan pun kehilangan sentuhan magis mereka.
Mereka merasa tidak mampu menyelesaikan tugas dengan baik
tanpa arahan dan koreksi konstan dari atasan. “Sudah betul belum pak, sudah
baik belum bu” dsb. Hal ini menghambat mereka untuk mengambil inisiatif dan
mengembangkan kemampuan mereka.
Pada pilihan akhir, karyawan yang merasa tertimpa bencana
micromanaged, lebih memilih mencari peluang di tempat lain di mana mereka
merasa lebih dimanusiakan dan dipercaya. Hal ini dapat menyebabkan turnover
karyawan yang tinggi, yang berakibat pada hilangnya pengetahuan dan pengalaman
berharga bagi perusahaan.
Kepemimpinan yang Membangun
Micromanagement, bagaikan racun yang menggerogoti
kepercayaan dan produktivitas tim, telah lama menjadi momok bagi para anggota.
Di bawah bayang-bayangnya, kreativitas terkubur, moral memudar, dan semangat
kerja meredup. Untungnya, racun ini bukan tak terkalahkan. Lalu bagaimana
caranya?
Lakukan Delegasi tugas dan tanggung jawab.
“Berikan karyawan kepercayaan dong” dengan mendelegasikan
tugas dan tanggung jawab sesuai dengan kemampuan mereka. Ini menunjukkan bahwa kamu
sebagai “The Real Bos” percaya pada kemampuan mereka dan memberi mereka
kesempatan untuk berkembang.
Mulailah Untuk Mendengarkan dan hargai masukan.
Luangkan waktu untuk mendengarkan masukan dan ide-ide semua
anggota tim ‘jika ada waktu’. Tunjukkan kepada mereka bahwa kamu sebagai
pimpinan menghargai kontribusi mereka dan bahwa pendapat mereka itu sama
pentingnya dengan keuntungan perusahaan.
Otonomi sebagai kedaulatan.
Berikan karyawan otonomi untuk menyelesaikan tugas mereka
dengan cara mereka sendiri. Ini memungkinkan mereka untuk menggunakan kesadaran
akan pentingnya kreativitas dan inisiatif, untuk meningkatkan rasa
kepemilikan atas pekerjaan mereka. Sederhana tapi ini penting.
Sanggup Mengelola Tim yang Sukses?
Kesuksesan sebuah tim terletak pada seni mengelolanya. Misalnya
pada urusan kepercayaan dan rasa hormat. Pemimpin harus membangun rasa
kepercayaan dan rasa hormat dengan para anggotanya. Hal ini dapat dilakukan
dengan memberikan mereka kedaulatan pada apa yang dikerjakan dan tanggung
jawab, serta mendengarkan masukan mereka dengan seksama.
Hey! dirimu yang mengaku seorang pimpinan, bisakah kamu
secara teratur berkomunikasi dengan para anggotamu tentang tujuan, ekspektasi,
dan kemajuan. Tim yang sukses itu, tim yang bekerja sama dengan baik. Mendorong
kolaborasi dan kerjasama antar anggota tim, sehingga semua personil dapat
saling membantu dan mencapai tujuan bersama.
Tentunya juga harus memberdayakan para anggota untuk
berkembang dan mencapai potensi penuh mereka. “Jangan dibiarkan anggota tim
menjadi abadi bodoh nya” Mentok pada kemampuan yang itu-itu saja. Beri mereka ruang
pelatihan woyy, beri kesempatan dan peluang pengembangan, dan juga umpan balik
yang konstruktif.
Harus dan harusnya kamu memberikan pengakuan, dan menghargai
kontribusi para keberhasilan sekecil apapun. Hal ini dapat dilakukan dengan
memberikan penghargaan, pujian, bonus, dan peluang untuk maju dalam bidang yang
sedang mereka kerjakan.
Pada Catatan Akhir
Mendelegasikan tugas secara efektif, dapat membebaskan diri
mu “sebagai pimpinan!” dari serangan micromanagement, teruntuk dan demi meningkatkan
produktivitas, terutama dalam membangun tim pilahan yang lebih kuat. Pilah
anggota tim yang memiliki keterampilan, pengalaman, dan kemauan yang diperlukan
untuk menyelesaikan tugas.
“Jangan asal comot sini, comot sana, sesuai selera yang
penting ada saja gituh”. Ujung-ujungnya kamu sebagai pimpinan bakal repot
sendiri diakhir cerita, membersihkan kekacauan yang diakibatkan oleh orang yang
tidak sesuai dengan tempatnya.
Kepercayaan itu seperti lukisan. Jika salah meletakkan
warna, pastinya tidak akan sesuai harapan diakhir lukisan. Sejatinya, jika kamu
memberikan satu kepercayaan kepada orang yang tidak layak, maka kamu
benar-benar memberikan kekuatan untuk menghancurkan diri sendiri. Percaya pada
diri sendiri itu penting, setelah itu mulailah belajar mempercayai orang lain,
karena belajar mempercayai adalah satu dari tugas hidup yang paling sulit.
-----
Posting Komentar