Apakah cinta pada pandangan pertama itu benar-benar ada?
Beragamnya nasihat dan kisah cinta tentang di luar sana membuat orang-orang punya pemikiran yang salah tentang cinta pada pandangan pertama. Akibatnya jadi banyak hati yang trauma dan hubungan yang terluka, bahkan cinta pun jadi sesuatu yang dianggap berbahaya, negatif, dan menyakitkan. Ayo luangkan waktu sepuluh menit saja untuk mengedukasi diri Anda. Baca, renungkan, komentari, dan sebarkan pada teman-teman Anda.
Cinta itu Urusan Hati atau Jiwa
Benar bahwa cinta adalah gejolak emosi yang timbul dalam bentuk perasaan di hati atau di jiwa. Tapi salah jika Anda berpikir bahwa rasa cinta itu sekonyong-konyong timbul begitu saja dalam hati. Rasa cinta tumbuh dari proses yang terjadi dalam otak, biologi, dan fisik Anda.
Ada Cinta Pada Pandangan si Dia
Beragamnya nasihat dan kisah cinta tentang di luar sana membuat orang-orang punya pemikiran yang salah tentang cinta pada pandangan pertama. Akibatnya jadi banyak hati yang trauma dan hubungan yang terluka, bahkan cinta pun jadi sesuatu yang dianggap berbahaya, negatif, dan menyakitkan. Ayo luangkan waktu sepuluh menit saja untuk mengedukasi diri Anda. Baca, renungkan, komentari, dan sebarkan pada teman-teman Anda.
Cinta itu Urusan Hati atau Jiwa
Benar bahwa cinta adalah gejolak emosi yang timbul dalam bentuk perasaan di hati atau di jiwa. Tapi salah jika Anda berpikir bahwa rasa cinta itu sekonyong-konyong timbul begitu saja dalam hati. Rasa cinta tumbuh dari proses yang terjadi dalam otak, biologi, dan fisik Anda.
Saat tertarik pada seseorang, tubuh Anda dibanjiri biokimia tubuh seperti testosterone, estrogen, dopamine, dan norepinephrine yang bercampur aduk sehingga Anda merasakan gejolak emosi tertentu. Perasaan-perasaan demikian yang kemudian Anda terjemahkan sebagai ‘ada rasa’, ‘ada geregetan’, ‘ada penasaran’, ‘ada deg-degan’, ‘ada hati’, dsb. Artinya, cinta turun dari mata, berputar-putar di otak dan seluruh sistem tubuh, lalu barulah terasa di hati.
Ada Cinta Pada Pandangan si Dia
Jatuh cinta pada pandangan pertama sesungguhnya tidak melibatkan cinta sama sekali. Cinta yang saya maksud di sini adalah rasa kesatuan dan kelekatan yang mengikat sehingga dua orang bisa bertahan melalui suka-duka bersama.
Saat PDKT dan terjadi cinta pandangan pertama, tidak ada cinta ataupun kualitas rasa yang sedalam seserius itu. Yang ada hanyalah ketertarikan hasrat atau gairah untuk mencari, mendekati, dan memiliki sesuatu yang terasa nikmat. Itu dorongan dan harapan yang normal alamiah, setiap manusia memang tercipta demikian. Setiap hubungan cinta memang sewajarnya dimulai dari rasa itu.
Dalam PDKT dan romansa, hal-hal apa saja yang terasa nikmat dan membangkitkan hasrat? Penampilan yang indah atau seksi. Perilaku yang unik dan aneh. Kegiatan yang bersifat permainan atau tantangan. Dan yang paling penting adalah adanya kontak fisik.
Jika ada seorang lawan jenis (secara sengaja atau tidak sengaja) melibatkan Anda berbagai hal tersebut, tubuh cenderung otomatis dibanjiri biokimia yang membuat Anda merasa ‘jatuh cinta’. Tapi jelas itu bukan (jatuh) cinta dalam arti yang sebenarnya, itu hanya hasrat atau gairah karena terpancing kenikmatan atau keseruan tertentu.
Makanya jangan norak dan terlalu serius bawa-bawa cinta kalau baru kenal seseorang. Silahkan bicara cinta bila Anda sudah berinvestasi dan bertahan melalui suka-duka bersama.
Cinta itu Butuh Kepastian dan Kenyamanan
Mitos ini membuat banyak orang jadi sibuk menawarkan kenyamanan, kebaikan, kepastian saat PDKT. Padahal justru sebaliknya, cinta pada pandangan pertama alias ketertarikan hasrat dan gairah itu muncul karena ada campuran kenyamanan dan ketidaknyamanan.
Kalau Anda membuat doi 100% nyaman pada Anda, maka dia hanya merasa aman nyaman pada Anda: dia tahu bahwa Anda akan selalu baik padanya, bahwa dia tidak akan pernah kehilangan kepedulian dan bantuan Anda, bahwa Anda akan selalu bersamanya sekalipun dia tidak mempedulikan ataupun membalas kebaikan Anda.
Dan perhatikan saat Anda bersama orang yang sangat Anda sukai, bila cinta muncul karena kenyamanan, lalu kenapa Anda merasa gugup, salting, gengsi, jaim dan takut salah langkah?
Jika Anda memberi kenyamanan, dia bukannya jadi tertarik pada Anda.. dia malah jadi datar atau biasa saja pada Anda. Karena saat PDKT, kenyamanan membunuh bibit-bibit cinta.
Coba ingat kisah orang ataupun pengalaman Anda sendiri tentang cinta pada pandangan pertama. Seringkali bertolak belakang dengan idealisme bahwa percintaan timbul dari persahabatan. Misalnya, Anda baru kenal dia lewat social media alias masih bahaya dan asing, tapi entah kenapa obrolan kalian bisa sangat nyambung. Atau misal Anda biasanya benci orang yang narsis, tapi Anda terkejut ternyata di balik itu ada kelembutan yang tidak banyak orang tahu.
Atau misalnya semua orang bilang dia player dan brengsek, tapi Anda jadi tertarik karena tanpa sengaja melihatnya bekerja keras demi orangtuanya yang sakit keras.
Campuran kenyamanan dan ketidaknyaman, campuran paradoks, itu adalah tanah yang subur untuk gejolak biokimia (baca: cinta) pada pandangan pertama. Makanya banyak film mengisahkan pasangan yang jatuh cinta tanpa sengaja, romantisme yang tak terduga, karena ada permainan, unsur kecelakaan atau bahaya, serta peristiwa seru mendebarkan di luar dugaan lainnya.
Jadi kesimpulannya adalah jatuh cinta pada pandangan pertama itu sebenarnya tidak ada. Seperti saya tulis dalam buku Dapatkan Cintanya Dibawah 7 Detik, yang ada hanyalah jatuh doyan atau jatuh nafsu pada pandangan pertama, alias Lust At First Sight.
Ketertarikan hasrat atau gairah itulah yang kemudian jika dibina dalam hubungan akan bertumbuh jadi cinta yang serius, kuat, dan mengikat untuk waktu lama. Cinta itu timbulnya belakangan, so jangan sok norak lagak serius-serius pada saat pendekatan ya.. karena bukan saja itu mematikan cinta, tapi itu juga penipuan!
Posting Komentar