Asal Bunyi? Pakaian yang kita pakai, limbahnya menjadi ancaman bagi lingkungan.


Limbah Fashion Menjadi Ancaman Masa Depan. Tahukah kamu, Someting About Clothes? Pakaian yang kita pakai, limbahnya menjadi ancaman bagi lingkungan. Bisa kamu lihat, begitu banyak potongan sisa-sisa kain menggunung di beberapa tempat pengepul sampah tekstil. Tumpukan tersebut, menggambarkan tingkat konsumsi masyarakat kita ‘dalam berbusana’ cukup tinggi.


Pasar domestik yang kian menggiurkan, memacu industri fashion semakin berkembang. Dalam pergerakan tren fashion, teknologi menempati posisi yang tak kalah penting di bandingkan dengan seorang desainer ternama. Tetapi sayangnya, ini tidak di iringi dengan pengembangan teknologi pengolahan limbah industri fashion. Semua orang termasuk kita, seakan tidak ada masalah tentang ini kedepannya.



Pergerakan Industri Fashion

Pergerakan industri fashion begitu sangat cepat. Industri Fashion disebut-sebut sebagai industri paling berpolusi kedua dunia, setelah industri perminyakan. Fakta bahwa industri fashion memberi kontribusi 10% emisi karbon yang mempengaruhi krisis iklim, benar adanya.


Industri fashion menghasilkan limbah yang berkontribusi terhadap emisi karbon. Banyak nya limbah bergantung kepada kuantitas dan kapasitas produksi. Meningkatnya proses produksi di karenakan permintaan meningkat (minat pasar tinggi). Lalu?


Kata kunci dari meningkatnya minat pasar terhadap industri ini, tak lain karena: harga murah, daya beli dan desain terbaru. Karena harga yang murah dan desain model terbaru, banyak anak muda seperti kita, tertarik membeli pakaian yang menerapkan sistem Fast Fashion.


 

Apa itu Fast fashion?

Fast fashion adalah istilah untuk industri yang melakukan perputaran siklus produksi secara cepat, demi persaingan kompetitor, mengikuti trend dan perkembangan jaman. Produsen memproduksi rata-rata 40 jenis model fashion dalam satu tahun. Pakaian mereka desain agar tidak tahan lama, menggunakan bahan lebih murah, dan dalam hitungan setahun kedepan berakhir di tempat pembuangan.

 


Tahukah Kamu

Tragedi de Rana Plaza di Bangladesh pada 9 tahun yang lalu, tepatnya 24 april 2013 menjadi catatan hitam industri fesyen dunia. Ada sekitar 1.113 orang (buruh pabrik pakaian) meninggal dunia karena runtuhnya bangunan. Demi mengejar target produksi, buruh di minta bekerja meski bangunan mengalami kerusakkan di mana-mana. Karena kejadian itu juga 2.500 orang terluka.

 


Limbah Industri Fashion

Industrialisasi ‘fashion’ menghasilkan limbah, terhitung dari: tahap pembuatan, pemakaian sampai kepada pembuangan (disposal). Limbah yang di hasilkan bisa berupa: air limbah, limbah padat dan juga limbah yang berbentuk gas.


Industri Fast Fashion sungguh mencemari lingkungan. Warna-warna cerah dari pakaian, motif dan tekstur kain, mereka jadikan magnet dan daya tarik konsumen. Pewarnaan tersebut dengan sadar di peroleh dari bahan kimia. Seperti pada penggunaan kain berbahan dasar sintesis, layaknya polyester dan nilon.


Pakaian yang berbahan dasar mikroplastik ini, membutuhkan waktu terurai sekitar 20 sampai dengan 100 tahun bahkan lebih. Berbeda dengan bahan pakaian yang menggunakan bahan alami seperti: kain katun dan linen.




Limbah Tidak dikelola dengan Benar.

Limbah dari pewarnaan tekstil merupakan pencemar air bersih terbesar setelah pertanian. 80-90% air limbah industri fashion kita, tidak di kelola dengan baik dan benar. Sisa air limbah dalam industri ini, sering kali di buang ke selokan, sungai menuju ke laut.


Menurut data yang DyariNotesCom temukan, dari 33 juta ton tekstil di produksi di Indonesia, 1 juta ton di antaranya menjadi limbah industri. Dan pada tahun 2019 di perkirakan Indonesia menghasilkan 2,3 juta ton limbah tekstil.


Salah satu contoh limbah yang tidak di kelola dengan benar, yaitu sebanyak 70 persen bagian tengah Sungai Citarum tercemar mikroplastik berupa serat benang polyester. Harusnya pelaku industri garmen turut berkontribusi terhadap trend fast fashion ini, dalam melakukan upaya penurunan jumlah limbah pakaian.




Budaya Throw Away Clothes

Karena harga yang murah dan perubahan trend, kita sebagai konsumen menjadi pemeran utama dalam pencemaran linkungan. Budaya membuang pakaian lama dan membeli pakaian baru menjadi kebiasaan yang kita lakukan. “Sudah ketinggalan jaman. Buang ajah” katanya. Dan ini secara turun temurun kita budayakan.


Jangka waktu penyimpanan pakaian menjadi semakin singkat dan berakhir di tempat pembuangan, alias di tempat sampah. “Setiap hari raya harus pakaian baru…”. Pada akhirnya, pakaian lama tiba di tempat pembuangan sampah dan tertumpuk hingga bertahun-tahun lamanya.


Kain yang sudah membusuk tadi, melepaskan gas metana ke udara. Bisa di pastikan berkontribusi dan andil besar terhadap pemanasan global. Lalu, apa yang harus kita lakukan?

 


Apa yang Bisa kita Lakukan?

Lingkungan sehat menjadi tempat yang baik bagi kita dan keluarga. Dukungan kita dalam menjaga lingkungan menjadi sangat berarti, walaupun hanya sebesar ‘biji zarrah’. Langkah tercepat menyelamatkan dunia dari kerusakan dan limbah, di mulai dari satu orang pertama, yaitu kamu, aku, kita.


Dalam mencegah kebanjiran limbah fashion, ada beberapa tips yang bisa kita lakukan sebagai bagian dari kepedulian dan kontribusi kita menjaga lingkungan. Berikut beberapa solusi DyariNotesCom jabarkan, di antaranya:

 


Lakukan Declutter Pakaian

Declutter pakaian yang masih layak pakai. Declutter itu sendiri merupakan kegiatan menyingkirkan, menyortir atau memilah pakaian, seperti pakaian yang tidak kita butuhkan. Dengan tujuan untuk memisahkan pakaian mana yang masih bisa digunakan mana yang tidak. Mungkin terasa mudah, tetapi ribet juga untuk melaksanakannya.


Yang pasti, kita memisahkan pakaian sesuai dengan kebutuhan atau di pilah berdasarkan kategori. Misalnya, kategori pertama yaitu pakaian yang sudah tidak kamu pakai, kamu jual, atau donasikan kepada yang membutuhkan. Kedua yaitu pakaian yang bisa kamu pakai tapi butuh perbaikan, dan lainya.


Declutter pakaian ini sangat bermanfaat untuk mengurangi konsumsi barang secara berlebihan, menghemat pengeluaran, menurunkan tingkat stres dan menjaga kebersihan. Declutter pakaian menjadi penting, untuk mengurangi tumpukan barang dan baik juga kita jadwalkan setiap tahun.



Donasikan Pakaian

Mendonasikan pakaian yang masih layak pakai kepada mereka yang membutuhkan sangatlah baik. Tinggi akan rasa tolong menolong dan semangat berbagi. Setelah membereskan rumah dan declutter pakaian, segera donasikan pakaian tersebut. Ada banyak cara dalam mendonasikan pakaian, dengan Clothes for Charity, misalnya.

 


Recycle Pakaian

Ini seperti mendaur ulang pakaian menjadi barang baru yang bisa kita gunakan kembali dan layak fungsi. Jika pakaian tersebut tidak layak pakai, potong pakaian tersbut menjadi beberapa bagian untuk di manfaatkan kembali. Bisa untuk di olah kembali menjadi produk baru, seperti: menjadi tas, masker, lap pembersih dan lainnya. Dengan ini, sejatinya kita mengurangi pencemaran lingkungan.



Buang Limbah Pakaian di tempat pengolahan sampah terpadu yang bertanggung jawab

Ini menjadi penting pada isu lingkungan. Dimana kita dapat menemukan tempat pengolahan sampah yang bertanggung jawab. Sebetulnya, ada banyak teknologi pengelolaan sampah yang bisa pemerintah daerah atau swasta terapkan. Misalnya Waste to Energy yang di kembangkan di beberapa negara maju.


Jika limbah pakaian yang di maksud terbuat dari sintesis, layaknya polyester dan nilon yang terbuat dari bahan mikroplastik, teknologi Waste to Energy dapat mengkonversi sampah plastik menjadi energi dengan penerapan aplikasi katalis. Layaknya BBM, teknologi ini mengubah limbah menjadi energi.

 


Preloved Patut Untuk Kita Coba

Preloved itu Beraroma ‘Cuan’. Dalam dunia bisnis terkhusus fashion, preloved menjanjikan keuntungan yang besar. Preloved merupakan istilah dalam jual beli barang yang memiliki nilai. Berbeda dengan barang bekas. Preloved justru jauh lebih menarik di bandingkan barang bekas. Barang yang di maksud memiliki kualitas dan nilai yang tinggi.


Pakaian yang di jual sebagai barang preloved mirip dengan kondisi baru. “Satu sampai dua kali pakai laahh…” Barang preloved biasanya dari berbagai merek ternama dan bukan barang palsu. Dari segi harga yang di tawarkan pun masih nyaman di kantong. Tak jarang barang preloved bisa jadi koleksi pribadi yang sulit kamu cari di pasaran. Makin langka, makin berharga.




Thrift Shopping Bisa menjadi Pilihan yang Tepat

Menjadi pilihan yang tepat dan di gemari belakangan ini. Thrift Shopping itu di pakai ketika kita membeli pakaian bekas dengan kondisi yang layak pakai. Istilahnya pasar loak, second hand. Langkah ini sangat baik untuk mengurangi limbah fashion.


Sebagai bagian dari kampanye zero waste, kegiatan belanja barang bekas ini di sambut baik masyarakat terutama anak muda. Jenis pakaian yang di jual pun unik dan langka. Bisa kita gunakan untuk kebutuhan syuting video, eksperiment gaya berbusana, tugas sekolah dan kesempatan menemukan pakaian menarik.

 


Reduce

Dengan penerapan prinsip reduce, kita mengurangi penggunaan pakaian ‘Fast fashion’ dari bahan-bahan yang merusak lingkungan walaupun dari sisi harga terbilang murah dengan desain terbaru. Tapi belum tentu baik bagi kita. Caranya dengan mengurangi belanja barang atau bisa kita katakan minimalisasi pembelian pakaian yang tidak perlu. Belanjakan sesuai dengan kebutuhan dan bukan mengikuti keinginan orang lain, untuk menilai apa yang kamu pakai.

 


NOTES

Limbah fashion menjadi ancaman masa depan bisa saja benar. Jika kita tidak ikut berperan dan memahami masalah limbah fashion, di kemudian hari akan sangat mengganggu dan merusak lingkungan. Kita tidak bisa membendung revolusi industri melalui fast fashion, dan perkembangan trend, tapi kita bisa melakukan pencegahan dari dampak yang mungkin terjadi.


Bukanlah pakaian baru, tapi percaya diri yang tinggi, menjadi pakaian terbaikmu. Manusia itu bukanlah budak dari pakaian. Pakaian tetaplah pakai-an. Pakailah pakaian sesuai dengan kebutuhan yang bisa kamu pakai.

 

------------

Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama