Tahukah kamu sobat, saat ini bencana kelaparan di dunia makin meningkat seiring meningkatnya konflik dan bencana. Semua orang merasa lapar. Bukan puasa, tapi benar-benar lapar. Dan saat kelaparan datang melanda, hanya ada sepotong roti yang tersisa. Roti ini sangat enak. Tak penting apakah roti ini mengandung gluten atau tidak, tapi ini benar-benar rasanya enak sekali. Kami bahagia memakannya. Tapi diluaran sana ternyata, Gluten yang terdapat dalam tepung roti, mereka singkirkan. Seakan tidak butuh. Habis manis sepah dibuang.
Ada sebuah cerita tentang Roti si tukang gelisah. Kisah ini menceritakan betapa gluten merasa sedih karena disingkirkan oleh 'Kang Koki si Pembuat Roti' karena dikira membawa penyakit. Apa yang terjadi? Berikut kisahnya:
Roti Si Tukang Gelisah
Di dalam dapur yang hangat, Roti si adonan tengah gelisah. Dia akan segera dipanggang, menjadi makanan kesukaan Nisa, anak kecil pemilik rumah. Namun, ada secuil perasaan ragu dalam diri Roti. "Apakah semua orang bisa menikmatiku?" gumamnya pelan.
Tepat di sebelahnya, terdapat Gluten, protein penting dalam tepung terigu yang membuat Roti kenyal dan mengembang. "Kenapa kau bertanya begitu?" Gluten heran. "Karena terkadang Nisa terlihat sedih saat melihatku," jelas Roti lirih. "Dia bercerita tentang teman-temannya yang tidak bisa memakan roti."
Gluten terdiam. Dia memang protein yang istimewa. Kemampuannya membentuk glutenin dan gliadin menciptakan elastisitas adonan, sehingga Roti bisa menjadi empuk dan bertekstur sempurna. Namun, tidak semua orang memiliki tubuh yang bisa menerima gluten. Ada yang mengalami celiac disease, di mana sistem imun mereka justru menyerang gluten.
Melihat raut sedih Roti, Gluten berusaha menghibur. "Itu bukan salahmu, Roti. Tubuh setiap orang berbeda. Tetaplah bangga dengan dirimu. Ada banyak orang yang bisa menikmati kelezatanmu!". Roti pun sedikit tenang. Dia teringat saat Nisa selalu berbagi dengan teman-temannya. Nisa akan membuatkan roti lapis khusus dari tepung bebas gluten untuk mereka.
"Mungkin memang tidak semua orang bisa memakan roti, tapi roti bisa menjadi jembatan persahabatan," ujar Roti pelan. Proses pemanggangan pun dimulai. Roti merasakan panas yang membuatnya mengembang. Aroma sedapnya memenuhi dapur. Ketika dikeluarkan dari oven, warna keemasan Roti tampak menggoda.
Nisa datang dengan gembira. Dia memotong Roti menjadi beberapa bagian dan meletakkannya di piring. "Ini untukku dan teman-teman!" seru Nisa. Nisa kemudian mengeluarkan roti lapis khusus dari kulkas. "Ini untuk Rani dan Chandra," katanya lembut.
Senyum mengembang di wajah Roti. Meskipun dirinya tidak bisa dinikmati semua orang, dia bisa menjadi bagian dari kebersamaan dan persahabatan. Roti dimakan dengan lahap, dan hari itu pun dipenuhi dengan tawa dan kehangatan. Roti bersyukur, kehadirannya bisa membawa kebahagiaan, tak peduli terbuat dari gluten atau tepung bebas gluten.
---end
Posting Komentar