Algoritma, media social dan buzzer merupakan tiga komponen utama yang paling berperan dalam pembentukan opini. Baik buruk suatu hal bisa dengan mudah diarahkan. Kondisi social menjadi panggung nya. Tetapi itukan dulu. Sekarang pengguna sudah mulai sadar. Berdasarkan kepentingan mana nih. Demi kebaikan atau sekedar keuntungan. Atau hanya hiburan. Algoritma, media social dan buzzer di perumpamakan seperti engine, vehicle and driver.
Menyuarakan suatu pendapat akan sangat bias bukan tergantung benar dan salahnya, tetapi siapa yang menyampaikan. Logika nya, siapa yang paling berpengaruh, seperti raja bertahta. Kemungkinan didengar. Media social dibagun sebagai infrastruktur penyalur keberpihakan. Media social juga menjadi hiburan dan tontonan murah serta bahan bacaan non sampah, setelah surat kabar terhempas kelaut.
Berdasarkan laporan We Are Social, Jumlah Pengguna Media Sosial di Dunia Capai 4,2 Miliar. Jumlah pengguna aktif Indonesia sebesar 191 juta orang per Januari 2022. Pengguna media sosial terbanyak berasal dari kalangan produktif. Rata-rata orang Indonesia menghabiskan tiga jam lebih dalam sehari di media sosial.
Algoritma Media Sosial
Algoritma itu semacam aturan matematika. Suatu aturan yang menentukan bagaimana si pengguna melihat konten di akun media sosial. Traffic mengalir ke platform. Relevansi lebih diutamakan dari pada urutan kronologis. Seperti halnya Algoritma facebook, instragam, Twitter, LinkedIn dan YouTube. Mereka membangun aplikasi dan memainkan peranan masing-masing.
Algoritma Facebook di rancang mencerminkan postingan yang merangsang emosi. Seperti posting dari keluarga dan teman. Algoritma Instagram mempertimbangkan ketepatan waktu, perilaku dan preferensi pengguna.
Algoritma Twitter, memungkinkan relevansi dan waktu penerbitan sebagai parameter peringkat. Pengguna yang ingin melihat posting terbaru dapat mengubah pengaturan preferensi konten mereka.
Sedangkan LinkedIn lebih berfokus pada jaringan daripada menumbuhkan pengikut. Ini juga membantu perusahaan membangun reputasi dan para profesional find a job.
Lain hal dengan Youtube. Youtube adalah platform video, algoritmenya bekerja secara dissimilar. Platform ini layaknya mesin pencari dan memberi peringkat konten berdasarkan relevansi dan minat pengunjung. Orang makan pun kita tonton.
Dunia Seolah terdiam
Ketika berbicara tentang media sosial, ada kalanya dunia terhenti sejenak. Semua orang terdiam. Menunduk dan terpaku. Bahkan terpukau. Seperti orang yang terhipnotis. Mau tua dan muda sama saja. Mendengar celoteh yang kosong dan mencari atau mengikuti sesuatu yang kurang bijak. Tapi banyak juga yang baik.
Sebagai contoh tingkah dari para youtuber yang suka Nge-prank dan juga polikakus yang hampir memecah belah bangsa karena dukungan suatu golongan. Mereka bangga karena mengerjai seseorang. Mereka bangga karena berada di sisi pihak tertentu.
Banyak orang menggunakan media sosial untuk berbagai tujuan. Dari hal-hal biasa atau untuk mengagungkan diri sendiri. Sejujurnya, kita adalah jejaring sosial. Kita adalah asset dari media social. Tanpa kita, media social tidak ada artinya. Tanpa kita, buzzer tidak berkutik. Bercoloteh di kaca tanpa pemirsa.
Semua orang ingin di dengar dan menjadi selebritas. Seperti halnya anak muda jaman now, orientasi masa depan sudah berbeda. Bukan bercita-cita ingin membuat atau membangun sesuatu, tetapi ingin terkenal seperti siapa.
Algoritma Menjadi Peraturan
Algoritma dalam dunia coding harus di tulis sesuai dengan spesifikasi. Spesifikasi untuk pendefinisian. Di dalam algoritma, deklarasi atau kamus adalah bagian untuk mendefinisikan semua nama. Nama tersebut akan di pergunakan ke dalam algoritma. Bisa berupa nama variabel, nama konstanta, nama tipe, nama prosedur atau nama dari fungsi. Dan hal tersebut mutlak. Jika melanggar maka error. Peringatan Merah. Atau juga di banned karena melanggar.
Seperti halnya Instagram. Cukup banyak pengguna yang melaporkan tindakan Instagram memblokir atau bahkan akun di nonaktifkan. Biasanya blokir sementara berlangsung 2 jam atau bisa sampai 2 minggu. Yang paling parah bisa juga selamanya. Sama halnya dengan aplikasi Youtube dan lainnya.
Jikalah Algoritma bisa di implementasikan kedalam peraturan suatu negara, bagus juga ternyata. Tegas. Tanpa pandang bulu.
Buzzer Media Sosial
Buzzer itu rupanya memiliki tugas khusus. Seperti Special forces. Mereka di tugaskan untuk membuat suatu isu. Isu di olah agar menjadi trending. Terlebih di bicarakan banyak orang atau bahkan bisa menjadi viral. Buzzer sering di manfaatkan oleh berbagai kalangan. Dari kalangan pejabat hingga artis.
Buzzer di nilai tingkat keefektifan dari jumlah followers. Selain itu juga dari kemampuannya menghasilkan impresi atau reach yang tinggi. Tools analytic di sediakan untuk mengetahui besaran impresi dari sebuah akun. Bisa juga dari ketokohan seseorang.
Buzzer terkadang di gunakan untuk menyuarakan pesan politik. Mereka juga di gunakan sebagai jasa promosi di dalam dunia hiburan. Memeperkenalkan seorang tokoh, misalnya. Biasanya tokoh tersebut membutuhkan buzzer, untuk meningkatkan brand awareness kepada masyarakat. Melalui akun media sosial tentunya. Kebaikan mereka akan di agung-agungkan dan kejelekan mereka di tiadakan.
Notes
Dunia ini sangat membenci perubahan. Namun jika hal tersebut adalah satu-satunya jalan untuk kemajuan, maka semua orang akan berpikir untuk mengubah dunia. Tetapi sebagian kecil dari kita yang berpikir untuk mengubah diri sendiri untuk menjadi seperti apa.
Dan andaikan kamu tidak menyukai perubahan, kamu tidak menyukai sesuatu yang tidak relevan. Pahami bahwa, dunia yang kita ciptakan itu adalah proses berpikir kita. Bukan dari jalan pemikiran dari Sang Buzzer. Karena tidak bisa di rebuild tanpa merubah jalan fikiran kita.
Besar kemungkinan di sekeliling kita di penuhi dengan buzzer. Apa pun maksud dan niatnya. Jikalah itu baik, boleh juga untuk di ikuti. Karena Hasil dari keyakinan yang kita tempuh, akan kita rasakan di episode berikutnya.
Posting Komentar